Mengapa Khilafah Runtuh?
Oleh: Fathiy Syamsuddin Ramadhan An-Nawiy
Keruntuhan
Khilafah Islamiyah pada tahun 1342 H (1924 M) tidak hanya menjadi
musibah terbesar bagi umat Islam. peristiwa itu juga menyebabkan
perubahan besar pada tata politik internasional. Sejak saat itu, kaum
Muslim praktis tidak lagi memiliki pengaruh pada relasi politik
internasional. Bahkan pada level tertentu, umat Islam hanya menjadi
obyek permainan dan persekongkolan busuk negara-negara imperialis Barat.
Harta mereka dijarah. Kehormatan mereka dilecehkan. Darah mereka
ditumpahkan oleh musuh-musuh Islam dan kaum Muslim tanpa ada perlawanan
berarti. Islam pun tidak lagi bisa diterapkan secara utuh dalam ranah
individu, masyarakat dan negara. Jika pun ada penerapan Islam, itu pun
dibatasi dan atas ijin para penguasa sekular.
Mengapa Khilafah Islamiyah bisa
diruntuhkan? Apa penyebabnya? Langkah-langkah apa pula yang harus
dilakukan umat Islam untuk mengkonstruksi kembali Khilafah Islamiyah
pada masa datang?
Sebab-sebab Keruntuhan Khilafah
Keruntuhan Khilafah Islamiyah disebabkan oleh dua faktor penting: (1) faktor internal; (2) faktor eksternal.
Faktor Internal.
1. Kemunduran taraf berpikir umat Islam.
Pada dasarnya eksistensi sebuah negara
dan peradaban ditentukan oleh sejauh mana penjagaan penguasa dan
rakyatnya terhadap pemahaman, standarisasi dan sistem nilai yang mereka
anut. Daulah Islamiyah dan peradaban Islam tegak di atas mafahim (pemahaman), maqayis (tolok ukur) dan qana’at
(tradisi) Islam. Daulah Islamiyah tetap tegak dan berdiri kokoh
manakala penguasa dan rakyatnya memiliki keterikatan dan kesadaran
tinggi terhadap tiga hal tersebut. Sebaliknya, ketika penguasa dan
rakyat tidak lagi terikat dengan mafahim, maqayis dan qana’at
Islam, maka Daulah Islamiyah telah kehilangan pilar penyangganya.
Keruntuhannya pun tinggal menunggu waktu. Namun, ketika taraf berpikir
umat Islam tinggi, dengan cepat mereka bisa pulih dari goncangan dan
bencana. Ketika Kekhilafahan Islam di Baghdad dihancurkan oleh bangsa
Tartar, dengan cepat mereka berhasil mendirikan Khilafah di tempat lain,
dan dengan cepat pula kekuatan bangsa Tartar bisa dihancurkan. Bahkan
ketinggian berpikir umat Islam saat itu mampu mengubah bangsa Tartar
yang awalnya memusuhi Islam berbalik menjadi pemeluk dan pembela Islam
yang gagah berani. Sebaliknya, tatkala taraf berpikir umat Islam
merosot, mereka hanya duduk tercenung saat Khilafah Islamiyah
dihancurkan oleh musuh-musuh Islam. Padahal saat itu mereka tengah
ditimpa musibah paling besar. Mereka tidak bergerak, sebagaimana
umat-umat terdahulu.
2. Kemunculan organisasi dan gerakan yang merongrong Khilafah Islamiyah dari dalam.
Gerakan-gerakan ini tidak saja
menciptakan instabilitas dan perpecahan, tetapi juga menyebarkan
pemikiran-pemikiran beracun di tengah-tengah kaum Muslim. Di antara
gerakan-gerakan yang tercatat dalam buku sejarah kelam umat Islam adalah
gerakan Wahabi. Gerakan ini tidak saja menciptakan friksi dan
perpecahan di tengah-tengah kaum Muslim, namun juga menumbuhsuburkan
“fanatisme mazhab” dan bibit-bibit disintegrasi. Gerakan ini menyerang
mazhab-mazhab lain dan tidak segan-segan menggunakan kekuatan fisik.
Berkat dukungan Inggris, Dinasti Saud dan gerakan Wahabi berhasil
memisahkan wilayah Hijaz dari Khilafah ‘Utsmaniyah serta mendirikan
negara yang berasaskan mazhab tertentu. Di kemudian hari, gerakan ini
juga berhasil menyibukkan umat Islam dalam persoalan khilafiyah, dan
memalingkan mereka dari perkara-perkara yang lebih penting.
3. Kesadaran politik umat menurun dan mental para penguasa Islam rusak.
Menurunnya kesadaran politik dan
rusaknya mental para penguasa Islam menyebabkan mereka mudah diperalat
dan diperdaya oleh musuh-musuh Islam dan kaum Muslim. Mereka tidak bisa
membedakan mana musuh dan kawan. Mereka tidak bisa menakar sejauh mana
bahaya yang ditimbulkan oleh sebuah tindakan. Mereka tidak bisa memahami
hakikat yang ada di balik statemen dan langkah-langkah politik
musuh-musuh Islam. Mereka pun tidak bisa merumuskan langkah yang tepat
untuk menyelesaikan problem-problem politik di wilayah mereka.
Para penguasa Islam saat itu juga tak
segan-segan bersekongkol dengan negara-negara kafir untuk menghancurkan
eksistensi Khilafah Islamiyah. Contoh paling baik untuk menggambarkan
hal ini adalah Dinasti Saud yang rela menghambakan dirinya pada
kepentingan kaum kafir. Contoh lain adalah persekongkolan Wali Mesir
Mohammad Ali dengan Prancis untuk memisahkan diri dari Khilafah
Islamiyah pada tahun 1830-an. Contoh lain adalah Kekhilafahan Utsmaniyah
terakhir yang kebijakan-kebijakannya justru menjadi sebab keruntuhan
Khilafah Islamiyah, mulai dari pengadopsian perundang-undangan Barat ke
dalam perundangan-undangan Daulah Khilafah, pembiaran terhadap gerakan
Turki Muda yang dipelopori Mustafa Kemal serta kebijakan-kebijakan lain
yang justru mempercepat keruntuhan Khilafah Islamiyah.
Faktor Eksternal.
Adapun terkait faktor eksternal, keruntuhan Khilafah Islamiyah disebabkan oleh beberapa faktor berikut ini:
1. Adanya perang pemikiran dan peradaban (al-ghazw al-fikr wa al-ghazw ats-tsaqafi) yang digelar oleh orang-orang kafir.
Barat menyadari sepenuhnya, bahwa umat
Islam tidak bisa dikalahkan selama mereka masih berpegang teguh dengan
Islam. Barat juga memahami bahwa umat Islam di seluruh dunia memiliki
ikatan persaudaran yang sangat kuat, yakni persaudaraan yang tegak di
atas ‘aqidah islamiyyah, dan bersatu bersatu di bawah
kepemimpinan seorang Khalifah. Mereka juga menyadari bahwa Khilafah
Islamiyah adalah “jantung dan perisai” umat Islam. Kaum Muslim hanya
bisa dinamis, bergerak dan hidup ketika berada di dalam sistem Islam.
Islam pun hanya bisa diterapkan secara sempurna dalam kehidupan
individu, masyarakat dan negara di bawah naungan Khilafah Islamiyah.
Langkah pertama yang dilakukan oleh
orang-orang kafir untuk menghancurkan Khilafah Islamiyah adalah
memisahkan kaum Muslim dari Islam dan menanamkan ikatan baru di
tengah-tengah mereka, yakni ikatan-ikatan ‘ashabiyyah semacam
nasionalisme, mazhabisme sempit, sukuisme, patriotisme, dan lain
sebagainya. Untuk itu, mereka menyebarkan paham sekularisme dan
kebebasan untuk menghancurkan keterikatan kaum Muslim dengan Islam; juga
paham nasionalisme untuk memecah-belah persatuan umat Islam serta untuk
menumbuhkan benih-benih disintengrasi dalam Daulah Khilafah Islamiyah.
Agar rencana ini berjalan mulus, mereka
mendirikan pusat-pusat kajian yang secara massif menyebarkan
pemikiran-pemikiran yang ditujukan untuk mewujudkan dua hal di tersebut.
Mereka juga merekrut pemuda-pemuda Islam untuk dididik dengan pemikiran
dan tsaqafah Barat. Pemuda-pemuda inilah yang menyebarkan pemikiran dan tsaqafah Barat yang di kemudian hari menjadi sebab kehancuran Khilafah Islamiyah.
2. Adanya upaya-upaya sistematis dari negara imperialis, khususnya Inggris, untuk melenyapkan Khilafah Islamiyah.
Inggris, dengan memanfaatkan
sekutu-sekutu dan antek-anteknya, terus berusaha merongrong Khilafah
Islamiyah. Inggris, baik terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi,
menjadi dalang pemberontakan melawan Khilafah Islamiyah. Begitu pula
Prancis dan negara-negara imperialis Barat lainnya. Mereka terus
mencaplok wilayah-wilayah Khilafah Islamiyah serta mengobarkan
peperangan dan pemberontakan melawan Khilafah Islamiyah. Lambat laun,
Khilafah Islamiyah mulai melemah dan tidak mampu menjaga wilayah
kekuasaannya yang amat luas. Akibatnya, satu demi satu wilayah kekuasaan
Khilafah Islamiyah jatuh ke tangan penjajah, mulai dari Asia, Afrika,
Kaukasus, dan lain sebagainya. Di pusat kekuasaan Khilafah Islamiyah,
Inggris menyokong sepenuhnya gerakan Turki Muda yang dipimpin oleh
Mustafa Kemal. Melalui persekongkolan, intrik, pengkhianatan dan
tipudaya licik, akhirnya Inggris berhasil melenyapkan sistem Khilafah
yang agung dan mengganti Khilafah dengan sistem kenegaraan sampah, yakni
demokrasi-sekular.
Inilah faktor-faktor penting yang menyebabkan keruntuhan Khilafah Islamiyah.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan
bahwa Khilafah Islamiyah hanya bisa diruntuhkan melalui aktivitas
pemikiran dan politik. Barat tidak akan pernah sanggup meruntuhkan
Khilafah dengan hanya bertumpu pada aktivitas militer. Keberhasilan
Barat meruntuhkan Khilafah Islamiyah sesungguhnya disebabkan karena
mereka berhasil mengalahkan kaum Muslim pada perang pemikiran dan
peradaban.
Cara Mengembalikan Khilafah Islamiyah
Bercermin pada sebab-sebab keruntuhan
Khilafah Islamiyah, dapat dirumuskan langkah-langkah untuk
mengkonstruksi kembali Khilafah Islamiyah. Langkah-langkah tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Meninggikan taraf berpikir umat.
Taraf berpikir umat hanya bisa ditinggikan ketika umat Islam telah menjadikan Islam (akidah dan syariah) sebagai
sudut pandang berpikir dan standar perbuatan mereka. Umat harus
dipahamkan bahwa realitas bukanlah dalil untuk menetapkan baik-buruk,
terpuji-tercela serta halal-haram. Realitas adalah obyek berpikir yang
harus diubah dengan Islam. Realitas harus disesuaikan dengan Islam,
bukan Islam yang harus disesuaikan dengan realitas. Jika umat telah
menyadari hal ini, terwujudlah irtifa’ al-fikr (ketinggian berpikir) pada diri mereka.
2. Membangun kesadaran politik (wa’yu as-siyasi).
Yang dimaksud dengan kesadaran politik
bukanlah memahami kejadian maupun peristiwa politik, konstelasi politik
internasional, maupun analisis-analisis politik. Kesadaran politik
adalah memandang dunia dari sudut pandang Islam. Kesadaran politik hanya
bisa terwujud jika umat telah menjadikan Islam sebagai satu-satunya
sudut pandang untuk melihat semua peristiwa dan kejadian yang terjadi di
dunia.
3. Mendirikan gerakan
politik yang berasaskan Islam dan bertujuan untuk melangsungkan kembali
kehidupan islami melalui penegakkan kembali Khilafah Islamiyah.
Mendirikan Daulah Khilafah Islamiyah
adalah aktivitas politik, bukan aktivitas sosial, ritual keagamaan yang
sempit, maupun aktivitas yang sifatnya akademik belaka. Oleh karena itu,
mendirikan Khilafah Islamiyah harus dimulai dengan mendirikan gerakan
politik (partai politik) yang benar-benar memiliki kemampuan untuk
mendirikan Khilafah Islamiyah. Gerakan ini harus fokus pada perjuangan
politik, tidak boleh berpaling pada aktivitas-aktivitas lain yang justru
menyimpangkan dirinya dari tujuan dan garis perjuangan yang lurus.
Selain itu, ia harus mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya, baik
persiapan yang menyangkut pemikiran, administrasi, kaderisasi serta
persiapan-persiapan penting lainnya. Ia juga harus menempuh manhaj
dakwah Rasulullah saw. tanpa pernah bergeser seujung rambut pun.
Gerakan ini juga harus memampukan dirinya untuk memimpin umat,
membimbing dan memandu mereka pada tujuan yang sama, yakni melangsungkan
kembali kehidupan islami. Ia juga harus memaksimalkan dukungan dari
simpul-simpul umat dan ahlul-quwwah, agar suasana perubahan
semakin matang. Di atas semua itu, gerakan ini juga harus menjaga
keikhlasannya untuk hanya berjuang karena Allah SWT, bukan karena
tendensi-tendensi lain.
Inilah langkah-langkah penting yang
harus dilakukan oleh umat Islam untuk menegakkan kembali Khilafah
Islamiyah. Semoga Khilafah Islamiyah segera berdiri atas ijin dan ma’unah dari AllahSWT. WalLahu a’lam bi ash-shawab. [] hti press/ syabab indonesia
0 komentar:
Posting Komentar