Anggap Jokowi Kesampingkan Aspek Moral di Politik
JAKARTA - Pendukung
fanatik calon presiden (capres) PDIP, Joko Widodo alias Jokowi
disinyalir telah berupaya menggiring opini publik. Dengan memanfaatkan
akun social media (socmed), pendukung fanatik yang diberi
julukan ‘pasukan nasi bungkus’ itu tersebut menggiring opini seolah-olah
Jokowi tidak memiliki kelemahan.
Pakar komunikasi politik dari
Universitas Pelita Harapan (UPH), Emrus Sihombing menilai akun bayaran
pendukung Jokowi itu tidak mengedepankan aspek moral berpolitik. "Kalau
memang akun-akun di media sosial seperti di Twitter itu dikendalikan,
berarti ada maksud tertentu menggiring opini publik. Harusnya ketika
berpolitik, tidak boleh lepas dari moral. Seharusnya dalam memperoleh
kekuasaan itu netral, tidak ada penggiringan," kata Emrus saat
dihubungi, Senin (27/4).
Menurut Emrus, pengendalian atas banyak
akun di media sosial untuk menggiring opini publik bisa dikategorikan
kebohongan publik. Sebab, seolah-olah banyak orang yang berkomentar
padahal hanya dikendalikan satu orang demi pembentukan opini.
Emrus menambahkan, praktik penggiringan
opini publik melalui akun bayaran berpotensi menjadi politik uang (money
politics). Pasalnya, pengelola akun yang mendukung Jokowi dan
mendiskreditkan capres lain dikabarkan menerima gaji.
Emrus menambahkan, cara itu mirip dengan
politik mobilisasi diktator Adolf Hitler. Bedanya, mobilisasi di masa
Hitler dilakukan dengan ancaman.
"Itu tidak jauh beda dengan menghalalkan
money politics. Seharusnya gerakan masyarakat itu natural, tidak ada
penggiringan," ucap Direktur Lembaga Emrus Corner ini. (dil/jpnn.com/ syabab indonesia)
0 komentar:
Posting Komentar