“Di halaman awal bukunya, Izzuddin Ibrahim
menjelaskan peranan seorang tokoh kenamaan Ikhwanul Muslimin yang
banyak membongkar kejahatan musuh-musuh Islam terhadap madzhab syiah,
beliau bernama Dr Fathi Yakhan – yang menuliskanya dalam bukunya
”Muffakir al Islami Fii Al A’lam ’Arabi al Hadis” -, beliau mengatakan,
bahwa ”terdapat seorang lugu bernama Muhibuddin al Khatib yang
berasal dari Saudi Arabia yang menulis buku yang berisi tentang kafirnya
syi’ah dan sesatnya syi’ah, buku itu diberi judul Al Khtuthut Al
Ridhah, dalam buku tersebut dituliskan cerita bohong tentang syiah.
Disaat-saat akhir ini terungkap bahwa al Khatib adalah seorang yang
senang menyebarkan pikiran kotor dan jahat yang menentang umat Islam,
permusuhanya itu sangat jelas ditampakan saat bersama gerakan nasional
Thalai as sabab al Arabi, kejahatanya terungkap di konstantinopel,
ketika hendak ditangkap ia melarikan diri ke Yaman dan ia kemudian
bergabung dengan Syarif Husain yang mengumumkan revolusi Arab. Ia
menjadi buruan tentara kekhalifahan”
Kutipan ini menunjukan bahwa elite Ikhwanul Muslimin juga telah berjuang sedemikian rupa untuk melakukan purifikasi (pembersihan) terhadap tuduhan keji kepada syiah.
Pendiri Ikhwanul Muslimin (Mesir) Hasan al Bana, diketahui intens dalam menjalin hubungan dengan ulama-ulama ahlul ba’it (syiah), Pendiri Ikhwanul Muslim tersebut bertemu dengan Ulama syiah pada tahun 1948 di musim haji, pada waktu itu Syaikh Hasan Al Banna bertemu dengan Ayatullah Al Kasani. Menurut Abdul Karim al Syirazi (dalam al Wahdah al islamiyah yang kemudian juga dimuat di Majalah Risalah Islam) disebutkan bahwa Hasan al Banna, Imam Akbar Abdul Majid Salim, Imam Musthafa Abdul Raziq bermaksud mengadakan konfrensi sunnah dan syiah. Keterangan al Syirazi tersebut diperkuat dengan pernyataan seorang cendikiawan Ikhwanul Muslim yang bernama al Ustadz Salim al Bahnsawi, ia mencatat dalam bukunya al sunnah al muftara alaiha, ia menuliskan ”sejak terbentuk kelompok pendekatan antar madzhab-,adzhab Islam yang dikoordinior oleh Hasan al Banna dan Ayatullah al Qummi serta solidaritas Islam, maka berdampinganlah antara Ikhwanul Muslimin dengan syiah, yang kemudian dilanjutkan dengan kunjungan Ayatullah Nawab shafawi ke kairo ditahun 1954’. Tetapi Hasan al Bana kemudian syahid, dan salah seorang muridnya ’al Ustadz Abdul Muta’al al Jabri (menulis dalam bukunya ”Limadza Uqhtuyila Hasan al Banna) ia menuliskan ”Seandainya Hasan al Banna berumur panjang niscaya akan mampu merealisasikan beberapa hal aktual di negeri ini, terutama konsesnsus antara Hasan al Banna dan Ayatullah Al Kasani” tetapi syahidnya hasan al banna tak kemudian hubungan ikhwan dengan syiah meredup, kontak itu terus dijalin dan kemudian tokoh-tokoh ihwan berdiri di garda terdepan dalam membela madzhab syiah, dan berikut adalah pernyataan pembelaan para tokoh-tokoh Ikhwanul muslimin dan tokoh ahlu sunnah lainya.
Abdul Mutu’al Syaikh al Jabri berkata”Hasan al Banna telah bersikap dengan berani, dengan membawa usaha pendekatan antara madzahb Islam, seandainya saja beliau berkesmpatan melewati periode yang spektakuler ini”
Dr. Ishaq Musa al Huseini, menuliskan dalam bukunya ”Ikhwanul Muslimin”, ”Bahwa sebagian pelajar yang belajar di Mesir telah bergabung pada kelompok ini, dan sebagaimana yang mahsyur di Iraq, organisasi Ikhwanul Muslimin di ikuti pula oleh pemuda-pemuda syiah”
Dalam satu kesempatan Dr Musthafa Syiba’i mengundang Ayatullah Nawab Shafawi untuk berpidato dihadapan para pengikut ikhwanul Muslimin dan Ayatullah berkata “Barang siapa ingin menjadi seorang ja’fari (Syiah imamiyah) yang kompeten hendaknya berkonsolidasi dengan barisan ikhwanul muslimin”
Al Ustadz Muhammad Ali al Dhanawi dalam pidatonya menyitir dari kitab ”Kubra al harakah al islamiyah al Haditsah”, beliau berkata : ”Ide persatuan antara Syiah dengan yang dicanangkan Ikhwanul Muslimin di Mesir tidak jauh berbeda, karenanya antara syiah dan Ikhwanul Muslimin Mesir terdapat hubungan bilateral yang erat”
Dr Fati Yakhan (yang bukunya banyak dijadikan rujukan kalangan tarbiyah-ikhwan indonesia) menyatakan kesedihanya tatkala Ayatullah Nawab Shafawi dijatuhi hukuman secara keji oleh shah iran, Fathi Yakhan menyuarakan kepada dunia Islam agar Ayatullah Nawab Shafawi dinobatkan sebagai Pahlawan Mujahid Dakwah”. Fati Yakhan menuliskan dalam bukunya ”Al Mausu’ah al Harakiyah” untuk Ayatullah Nawab Shafawi “Bergabunglah kalian dengan barisan mujtahid, darah mereka suci, dan bagaikan pelita-pelita, mereka menerangi jalan kebebasan dan perjuangan generasi yang akan datang. Kemenangan pasti akan berpihak pada mereka, tinggal menunggu berputarnya masa sampai tiba saatnya Revolusi Islam di Iran memporak porandakan singgasana Shah Reza yang diktaktor. Sungguh benar yang difirmankan Allah: “Kalimat-Ku telah mendahuli pada hamba-hamba-Ku yang telah diutus bahwa mereka dimenangkan. dan sesungguhnya pasukan (tentaraku) akan menang.”
Saat kedaulatan Negara Israel diakui secara sembunyi-sembunyi oleh negara-negara Arab, Fathi Yakhan menanggapi dalam kitabnya ”Al Islam Fikratun wa Harakah wa Inkilab”, ia berkata ” Seyogyanya orang-orang Arab mencari sahabat-sahabat Ayatullah Nawab di Iran, tetap, yang membuatku heran, negara-negara Arab tidak pernah mau, dan mereka tidak mengerti bahwa hanya gerakan Islam itu sendiri yang bisa menyelesaikan segala permasalahanya, bukan dengan sikap ke Araban mereka seperti hari ini. Ya Allah ! Mengapa kecongkakan dan keseombongan memenuhi dada di saat Nawab dan sahabatnya datang dan adakah orang yang lebih berani dari sikap para sahabat-sahabat Ayatullah Nawab ini?
Ketika revolusi Islam Iran sedang berlangsung Dr Fathi Yakan memimpin komando para ikhwan untuk mendukung gerakan kaum syiah tersebut, beliau menyediakan ruang dimajalahnya Al Aman untuk menyuarakan dukungan kepada Imam Khomaini, dimasa itu beliau dikenal aktif mengikuti berbagai perayaan keagamaan di Iran dan memberikan ceramah-ceramah mendukung Revolusi Islam Iran, selepas revolusi beliau mendukung program Imam Khomaini dalam Majelis Persatuan Islam Majma’ Al-Taqrib Bainal-Mazahib Al-Islamiyah (sebuah forum pendekatan antara sunni dan syiah).
Syaikh Muhammad al Ghazali setelah usai bertemu dengan Ayatullah Hibatuddin al Husaini menuliskan dalam bukunya Nadharat Fii al Qur’an, katanya “Beliau termasuk salah seorang ulama syiah yang agung. Kami sengaja menyebarkan ringkasan (perkenalan kami denganya) agar kalian mengetahui kesempurnaan pemahaman yang dimiliki oleh Ayatullah Hibatuddin al Husaini tentang I’jaz Al Qur’an, sehingga siapapun akan memahami bahwa syi’ah mensucikan kitab Allah”. Muhammad al Ghazali yang cendikiawan ikhwan itu juga berkata ” Tujuan para ahli fiqh dan sastrawan syiah , sudah kita pahami, Hanya orang-orang yang berakal sempit bodoh dan jahil saja yang akan memahami syi’ah sebagai golongan sempalan Islam yang menyimpang dari ajaran-ajaran Islam” Beliau dikenal sebagai tokoh ikhwanun Muslimin yang menghapus segala bentuk diskriminasi dan kedengkian terhadap syi’ah.
Dr. Subhi Shaleh sang cendikiawan Ikhwan berkata pada masyarakat sunni mesir ” ketahuilah sesungguhnya di dalam riwayat-riwyat hadis syiah, para ulamanya sangat komitmen pada riwayat yang sesuai dengan tingkah laku Nabi saww” (Ma’alim as Syariat al Islamiyah)
Dr. Muhammad Syakkah seorang cendikiawan ikhwan berkata dalam bukunya ”Islama bila mazhab”: “Masyarakat syiah tidaklah terlibat dalam perkataan-perkataan yang dilontarkan oleh lidah para pemecah belah dengan simbul pengkafiran dan penyesatan”
Syaikh Muhammad Abu Zuhra seorang berkata kepada masyarakatnya yang sunni, “Saudara kita syiah sangat terbuka kepada kalian, meskipun kita dari kalangan ahlu sunnah dan jika kita berkehendak untuk mengunjungi mereka. maka niscaya kita akan disambut sebagai saudara dengan penuh kasih sayang”
Dr Abdul Karim al Zaidani Pemimpin ikhwanul Muslimin Iraq menulis dalam bukunya “Al Madkhal li dirasati al Syari’ah al islamiyah” Madzhab syi’ah banyak terdapat dinegeri –negeri iran, iraq, india, pakistan dan damaskus serta di negara-negara lain. Antara fiqoh Ja’fariyah dan fiqih madzhab-madzhab dalam ahlu sunnah tidak lebih dari sekedar perbedaan antara madzhab satu dengan lainnya (seprti syafi’i dengan maliki misalnya pen)”
Al Ustadz Salim al Bahnsawi, beliau adalah seorang cendikiawan Ikhwanul muslim, dan beliau pula yang banyak menepis fitnah musuh-musuh Islam yang menyebut bahwa Al Qur’an syiah berbeda dengan Al Qur’an Ahlu Sunnah, dalam kitab As sunnah al Muftara ’Alaiha beliau mengatakan ”sesungguhnya muhsaf yang tedapat di kalangan ahlu sunnah sama dengan yang ada di masjid dan rumah-rumah orang syi’ah”. Bahkan beliau dikatagorikan cendikiawan Ikhwanul Muslimin yang sering menjelaskan konsep-konsep syiah seperti Ishmah kepada kalangan ikhwanul muslimin sehingga tidak teracuni pemikiran-pemikiran yang keliru tentang syiah.
Al Ustadz Anwar Al Jundi menulis dalam bukunya Al Islam wa Harakah At Tarikh ”Maka kalian para ikhwan hendaklah mengerti dan sadar atas persekongkolan jahat dan keji dalam berbagai bentuknya lalu bersama-sama menyempitkan pandangan kalian dan membuka lebar perpecahan antara sunni dan syiah, Bahwa fakta sesungguhnya adalah Syiah adalah saudaramu, dan perbedaan kita dengan syiah tidak lebih dari apa yang diperselisihkan oleh madzhab yang empat dalam ahlu sunnah, oleh karena itu berhati-hatilah kalian dari tingkah membuat berpecahan dan berusahalah sekuat tenaga menjalin persatuan dengan syi’ah”
Ustadz Samih Athif al Zain menuliskan dalam bukunya Wa Islam wa tsaqaf al Insan dan Al Muslimun Man Huum ? ”… Sangat disesalkan bahwa masih bersemanyam dalam jiwa virus-virus jahat yang sakit dan kotor, itu terjadi oleh Oknum yang berisi menegakan negara Islam di atas dasar perpecahan yang diprakarsai musuh-musuh Islam serta orang-orang rakus akan kekayaan mereka bersifat parasit, dan menghisap saudara mereka sendiri. Wahai para ikhwan, wahai saudaraku muslim sunni wahai saudaraku muslim syi’ah, kami tegaskan dalam kitabku ini, bahwa kita adalah saudara… Mari kita wujudkan persatuan untuk menghentikan propaganda permusuhan mengembalikan wujud persaudaraan kaum muslimin yang saling tolong menolong serta kasih mengasihi”
Abul Hasan An Nadwi saat di wawancarai oleh majalah Al I’tisham al Islamiyah al Mishriyah mengatakan ” Bahwa persatuan sunni dan syiah akan membuat transformasi besar bagi peradaban, yang belum pernah ada tandinganya dalam sejarah pembaharuan gagasan Islam”
Ustadz Shabir Thu’aimah menuliskan dalam kitabnya ”Tahdiyat Amama Al ’Urubah wa Al Islam” bahwa ” Antara Sunnah dan syi’ah sama-sama bersekutu dalam segi Ushul dan sepakat dalam bidang tauhid dan masing-masing memiliki pola yang sama dalam substansi keimanan, oleh karena itu, peradaban masa depan Islam mengharapkan persekutuan itu mewujud dalam persaudaraan suci kaum muslimin”
Abdul Wahab Khalaf menuliskan dalam kitab Ushul Fiqh nya, ” Ijma’ tidak akan terwujud dan terlaksana jika hanya memenuhi empat unsur Hanafi. Maliki, Syafi’i dan Hanbali. Dan itu berarti Ijma’ tidak dapat berlaku jika hanya ditetapkan oleh unsur ahlu sunnah saja dan meninggalkan Syi’ah, dengan sendirinya hal itu tidak dapat dikatakan sebagai ijma menurut hukum syara’. Sebab ijma’ tidak bisa terjadi melainkan berdasarkan kesepakatan secara umum dari seluruh mujtahid umat Islam di seluruh dunia pada waktu terjadinya suatu peristiwa. Termasuk didalamnya Mujtahid sunnah dan syi’ah”
Ustadz Ahmad ibrahim Beik (beliau adalah guru Syaltut dan Abu Zahra) berkata dalam kitabnya Ilmu Ushul al Fiqh wa Yalihi Tarikh at Tasri, ”Pemeluk Syi’ah imamiyah ialah orang Islam yang beriman kepada Allah para utusan-Nya, Al Qur’an dan segala hal yang telah dibawa oleh Rasulullah saw”
Ustadz ’Isham Al Atthar (beliau adalah pemimpin gerakan Ikhwanul Muslimin di Jerman), beliau adalah sahabat dekat Ayatullah Khomaini, beliau adalah tokoh Ikhwanul Muslimin yang memberikan sumbangan dalam membuka cakrawala dunia barat dan kaum muslimin akan urgensi Revolusi Islam Iran, untuk mendukung gerakan Revolusi Islam Iran tersebut beliau menerbitkan majalah yang diberi judul ”Al Ra’id”. Inilah salah satu bentuk kecintaan tokoh sunni kepada tokoh syiah.
Dr. Hasan at Thurabi adalah tokoh fenomenal dari Sudan, saat revolusi Iran berhasil menumbangkan Shah Reza Pahlevi, beliau datang ke Iran untuk bertemu dengan Imam Khomaini, dan menyatakan dukunganya terhadap gerakan Khomaini. Bersamaan dengan itu, Di negerinya ”Sudan” gerakan Organisasi Ikhwanul Muslimin dan para mahasiswa Islam Khurthum turun ke jalan mendukung Dr Hasan Thurabi yang memberikan dukungan kepada Imam Khomaini. Berkat beliau pula syiah menjadi dikenal di Sudan, dan menurut Ayatullah Ja’far Subhani, seorang hakim agung dari Sudan, menyatakan dirinya sebagai pengikut Ahlul Bait, setelah beliau membaca Nahjul Balaghah dari buku yang ia temukan tertinggal di di salah satu kursi di ruang tunggu kantornya, begitu kagumnya Ayatullah Ja’far subhani pada sang Hakim Agung sudan, saat mendengar Sang Hakim Agung Wafat dari media masa, beliau cium foto sang hakim agung tersebut.
Ustadz Rasyid Al Ghanusyi adalah tokoh Ikhwanul Muslimin dari Tunisia, yang dinegeri itu bernama Al Harakah al Uslamiyah, ketika revolusi Islam Iran sedang berlangsung, beliau menerbitkan media yang dinamai Al Ma’rifah untuk mendukung revolusi Iran, kepada masa Ikhwanul Muslimin beliau berpidato ”Dengan kemenangan revolusi Islam di Iran, Islam akan memberikan memiliki kekuatan baru”
Ustadz Muhammad Abdur Rahman, berasal dari Yordania, merupakan Wakil Pengawas Umum organisasi Ikhwanul Muslimin, beliau menyatakan bahwa Ikhwanul Muslimin Yordania memberikan dukukungan penuh kepada Revolusi Islam Iran, sementara itu tokoh Ikhwan lain Ibrahim Zaid al Kailani secara aktif melakukan kerja diplomasi untuk menuntut Raja Husein dari Yordania agar mengubah sikapnya terhadap Iran, meskipun ditolak.
Ustadz Yusuf Al Adham, jurnalis dan penyair ikhwanul Muslimin yang bekerja dibawah otoritas Dr Fathi Yakan di majalah Al Aman, beliau secara aktif menulis syair-syair untuk mendukung Imam Khomaini, dan berikut adalah salah satu syair beliau yang terkenal :
Khomaini merupakan pemimpin dan imam
Gigih tiada takut mati dalam menumpas kezaliman
Kami berikan tanda padangnya selempang dan bintang
Dari darah dan jiwa kami untukmu Imam
Kita berantas kesyirikan dan taklukan kezaliman
Agar cakrawala kembali bersinar dan aman
Ustadz Jabir Raziq, jurnalis Ikhwanul Muslimin dari majalah Al Da’wah, Al I’tisham dan Al Mukhtar, beliau adalah jurnalis ikhwan yang getol membongkar kejahatan Sadam, saat serangan Iraq kepada Iran dilakukan oleh tentara sadam, Raziq, secara khusus menulis jati diri Sadam, Raziq menyamakan Sadam dengan Micael Aflak arsitek pembentukan Jerusalem Baru.
Abu A’la Al Maududi, ulama besar dari Pakistan dari Partai Jama’ah Islamiyah – beliau menulis buku yang terkenal berjudul ”Khalifah dan Kerajaan” dan buku itu sempat dipolemikan oleh orang-orang wahabi- dalam satu kesempatan wawancara dengan Majalah milik Ikhwanul Muslimin Mesir ”Al Da’wah” , saat ditanya tentang Revolusi Iran dan Imam Khomaini beliau mengatakan ”Revolusi Imam Khomaini adalah Revolusi Islam, yang ditegakan oleh orang-orang Islam Iran, dari para pemuda-pemuda yang terdidik dan di didik oleh para ulama-ulama Islam, Oleh karena itu adalah keharusan dan wajib bagi mayoritas umat Islam serta organisasi-organisasi Islam memberikan dukungan sepenuhnya kepada Revolusi ini, sekaligus membantunya dalam segala bidang”
() satuislam.org/ syabab indonesia
Kutipan ini menunjukan bahwa elite Ikhwanul Muslimin juga telah berjuang sedemikian rupa untuk melakukan purifikasi (pembersihan) terhadap tuduhan keji kepada syiah.
Pendiri Ikhwanul Muslimin (Mesir) Hasan al Bana, diketahui intens dalam menjalin hubungan dengan ulama-ulama ahlul ba’it (syiah), Pendiri Ikhwanul Muslim tersebut bertemu dengan Ulama syiah pada tahun 1948 di musim haji, pada waktu itu Syaikh Hasan Al Banna bertemu dengan Ayatullah Al Kasani. Menurut Abdul Karim al Syirazi (dalam al Wahdah al islamiyah yang kemudian juga dimuat di Majalah Risalah Islam) disebutkan bahwa Hasan al Banna, Imam Akbar Abdul Majid Salim, Imam Musthafa Abdul Raziq bermaksud mengadakan konfrensi sunnah dan syiah. Keterangan al Syirazi tersebut diperkuat dengan pernyataan seorang cendikiawan Ikhwanul Muslim yang bernama al Ustadz Salim al Bahnsawi, ia mencatat dalam bukunya al sunnah al muftara alaiha, ia menuliskan ”sejak terbentuk kelompok pendekatan antar madzhab-,adzhab Islam yang dikoordinior oleh Hasan al Banna dan Ayatullah al Qummi serta solidaritas Islam, maka berdampinganlah antara Ikhwanul Muslimin dengan syiah, yang kemudian dilanjutkan dengan kunjungan Ayatullah Nawab shafawi ke kairo ditahun 1954’. Tetapi Hasan al Bana kemudian syahid, dan salah seorang muridnya ’al Ustadz Abdul Muta’al al Jabri (menulis dalam bukunya ”Limadza Uqhtuyila Hasan al Banna) ia menuliskan ”Seandainya Hasan al Banna berumur panjang niscaya akan mampu merealisasikan beberapa hal aktual di negeri ini, terutama konsesnsus antara Hasan al Banna dan Ayatullah Al Kasani” tetapi syahidnya hasan al banna tak kemudian hubungan ikhwan dengan syiah meredup, kontak itu terus dijalin dan kemudian tokoh-tokoh ihwan berdiri di garda terdepan dalam membela madzhab syiah, dan berikut adalah pernyataan pembelaan para tokoh-tokoh Ikhwanul muslimin dan tokoh ahlu sunnah lainya.
Abdul Mutu’al Syaikh al Jabri berkata”Hasan al Banna telah bersikap dengan berani, dengan membawa usaha pendekatan antara madzahb Islam, seandainya saja beliau berkesmpatan melewati periode yang spektakuler ini”
Dr. Ishaq Musa al Huseini, menuliskan dalam bukunya ”Ikhwanul Muslimin”, ”Bahwa sebagian pelajar yang belajar di Mesir telah bergabung pada kelompok ini, dan sebagaimana yang mahsyur di Iraq, organisasi Ikhwanul Muslimin di ikuti pula oleh pemuda-pemuda syiah”
Dalam satu kesempatan Dr Musthafa Syiba’i mengundang Ayatullah Nawab Shafawi untuk berpidato dihadapan para pengikut ikhwanul Muslimin dan Ayatullah berkata “Barang siapa ingin menjadi seorang ja’fari (Syiah imamiyah) yang kompeten hendaknya berkonsolidasi dengan barisan ikhwanul muslimin”
Al Ustadz Muhammad Ali al Dhanawi dalam pidatonya menyitir dari kitab ”Kubra al harakah al islamiyah al Haditsah”, beliau berkata : ”Ide persatuan antara Syiah dengan yang dicanangkan Ikhwanul Muslimin di Mesir tidak jauh berbeda, karenanya antara syiah dan Ikhwanul Muslimin Mesir terdapat hubungan bilateral yang erat”
Dr Fati Yakhan (yang bukunya banyak dijadikan rujukan kalangan tarbiyah-ikhwan indonesia) menyatakan kesedihanya tatkala Ayatullah Nawab Shafawi dijatuhi hukuman secara keji oleh shah iran, Fathi Yakhan menyuarakan kepada dunia Islam agar Ayatullah Nawab Shafawi dinobatkan sebagai Pahlawan Mujahid Dakwah”. Fati Yakhan menuliskan dalam bukunya ”Al Mausu’ah al Harakiyah” untuk Ayatullah Nawab Shafawi “Bergabunglah kalian dengan barisan mujtahid, darah mereka suci, dan bagaikan pelita-pelita, mereka menerangi jalan kebebasan dan perjuangan generasi yang akan datang. Kemenangan pasti akan berpihak pada mereka, tinggal menunggu berputarnya masa sampai tiba saatnya Revolusi Islam di Iran memporak porandakan singgasana Shah Reza yang diktaktor. Sungguh benar yang difirmankan Allah: “Kalimat-Ku telah mendahuli pada hamba-hamba-Ku yang telah diutus bahwa mereka dimenangkan. dan sesungguhnya pasukan (tentaraku) akan menang.”
Saat kedaulatan Negara Israel diakui secara sembunyi-sembunyi oleh negara-negara Arab, Fathi Yakhan menanggapi dalam kitabnya ”Al Islam Fikratun wa Harakah wa Inkilab”, ia berkata ” Seyogyanya orang-orang Arab mencari sahabat-sahabat Ayatullah Nawab di Iran, tetap, yang membuatku heran, negara-negara Arab tidak pernah mau, dan mereka tidak mengerti bahwa hanya gerakan Islam itu sendiri yang bisa menyelesaikan segala permasalahanya, bukan dengan sikap ke Araban mereka seperti hari ini. Ya Allah ! Mengapa kecongkakan dan keseombongan memenuhi dada di saat Nawab dan sahabatnya datang dan adakah orang yang lebih berani dari sikap para sahabat-sahabat Ayatullah Nawab ini?
Ketika revolusi Islam Iran sedang berlangsung Dr Fathi Yakan memimpin komando para ikhwan untuk mendukung gerakan kaum syiah tersebut, beliau menyediakan ruang dimajalahnya Al Aman untuk menyuarakan dukungan kepada Imam Khomaini, dimasa itu beliau dikenal aktif mengikuti berbagai perayaan keagamaan di Iran dan memberikan ceramah-ceramah mendukung Revolusi Islam Iran, selepas revolusi beliau mendukung program Imam Khomaini dalam Majelis Persatuan Islam Majma’ Al-Taqrib Bainal-Mazahib Al-Islamiyah (sebuah forum pendekatan antara sunni dan syiah).
Syaikh Muhammad al Ghazali setelah usai bertemu dengan Ayatullah Hibatuddin al Husaini menuliskan dalam bukunya Nadharat Fii al Qur’an, katanya “Beliau termasuk salah seorang ulama syiah yang agung. Kami sengaja menyebarkan ringkasan (perkenalan kami denganya) agar kalian mengetahui kesempurnaan pemahaman yang dimiliki oleh Ayatullah Hibatuddin al Husaini tentang I’jaz Al Qur’an, sehingga siapapun akan memahami bahwa syi’ah mensucikan kitab Allah”. Muhammad al Ghazali yang cendikiawan ikhwan itu juga berkata ” Tujuan para ahli fiqh dan sastrawan syiah , sudah kita pahami, Hanya orang-orang yang berakal sempit bodoh dan jahil saja yang akan memahami syi’ah sebagai golongan sempalan Islam yang menyimpang dari ajaran-ajaran Islam” Beliau dikenal sebagai tokoh ikhwanun Muslimin yang menghapus segala bentuk diskriminasi dan kedengkian terhadap syi’ah.
Dr. Subhi Shaleh sang cendikiawan Ikhwan berkata pada masyarakat sunni mesir ” ketahuilah sesungguhnya di dalam riwayat-riwyat hadis syiah, para ulamanya sangat komitmen pada riwayat yang sesuai dengan tingkah laku Nabi saww” (Ma’alim as Syariat al Islamiyah)
Dr. Muhammad Syakkah seorang cendikiawan ikhwan berkata dalam bukunya ”Islama bila mazhab”: “Masyarakat syiah tidaklah terlibat dalam perkataan-perkataan yang dilontarkan oleh lidah para pemecah belah dengan simbul pengkafiran dan penyesatan”
Syaikh Muhammad Abu Zuhra seorang berkata kepada masyarakatnya yang sunni, “Saudara kita syiah sangat terbuka kepada kalian, meskipun kita dari kalangan ahlu sunnah dan jika kita berkehendak untuk mengunjungi mereka. maka niscaya kita akan disambut sebagai saudara dengan penuh kasih sayang”
Dr Abdul Karim al Zaidani Pemimpin ikhwanul Muslimin Iraq menulis dalam bukunya “Al Madkhal li dirasati al Syari’ah al islamiyah” Madzhab syi’ah banyak terdapat dinegeri –negeri iran, iraq, india, pakistan dan damaskus serta di negara-negara lain. Antara fiqoh Ja’fariyah dan fiqih madzhab-madzhab dalam ahlu sunnah tidak lebih dari sekedar perbedaan antara madzhab satu dengan lainnya (seprti syafi’i dengan maliki misalnya pen)”
Al Ustadz Salim al Bahnsawi, beliau adalah seorang cendikiawan Ikhwanul muslim, dan beliau pula yang banyak menepis fitnah musuh-musuh Islam yang menyebut bahwa Al Qur’an syiah berbeda dengan Al Qur’an Ahlu Sunnah, dalam kitab As sunnah al Muftara ’Alaiha beliau mengatakan ”sesungguhnya muhsaf yang tedapat di kalangan ahlu sunnah sama dengan yang ada di masjid dan rumah-rumah orang syi’ah”. Bahkan beliau dikatagorikan cendikiawan Ikhwanul Muslimin yang sering menjelaskan konsep-konsep syiah seperti Ishmah kepada kalangan ikhwanul muslimin sehingga tidak teracuni pemikiran-pemikiran yang keliru tentang syiah.
Al Ustadz Anwar Al Jundi menulis dalam bukunya Al Islam wa Harakah At Tarikh ”Maka kalian para ikhwan hendaklah mengerti dan sadar atas persekongkolan jahat dan keji dalam berbagai bentuknya lalu bersama-sama menyempitkan pandangan kalian dan membuka lebar perpecahan antara sunni dan syiah, Bahwa fakta sesungguhnya adalah Syiah adalah saudaramu, dan perbedaan kita dengan syiah tidak lebih dari apa yang diperselisihkan oleh madzhab yang empat dalam ahlu sunnah, oleh karena itu berhati-hatilah kalian dari tingkah membuat berpecahan dan berusahalah sekuat tenaga menjalin persatuan dengan syi’ah”
Ustadz Samih Athif al Zain menuliskan dalam bukunya Wa Islam wa tsaqaf al Insan dan Al Muslimun Man Huum ? ”… Sangat disesalkan bahwa masih bersemanyam dalam jiwa virus-virus jahat yang sakit dan kotor, itu terjadi oleh Oknum yang berisi menegakan negara Islam di atas dasar perpecahan yang diprakarsai musuh-musuh Islam serta orang-orang rakus akan kekayaan mereka bersifat parasit, dan menghisap saudara mereka sendiri. Wahai para ikhwan, wahai saudaraku muslim sunni wahai saudaraku muslim syi’ah, kami tegaskan dalam kitabku ini, bahwa kita adalah saudara… Mari kita wujudkan persatuan untuk menghentikan propaganda permusuhan mengembalikan wujud persaudaraan kaum muslimin yang saling tolong menolong serta kasih mengasihi”
Abul Hasan An Nadwi saat di wawancarai oleh majalah Al I’tisham al Islamiyah al Mishriyah mengatakan ” Bahwa persatuan sunni dan syiah akan membuat transformasi besar bagi peradaban, yang belum pernah ada tandinganya dalam sejarah pembaharuan gagasan Islam”
Ustadz Shabir Thu’aimah menuliskan dalam kitabnya ”Tahdiyat Amama Al ’Urubah wa Al Islam” bahwa ” Antara Sunnah dan syi’ah sama-sama bersekutu dalam segi Ushul dan sepakat dalam bidang tauhid dan masing-masing memiliki pola yang sama dalam substansi keimanan, oleh karena itu, peradaban masa depan Islam mengharapkan persekutuan itu mewujud dalam persaudaraan suci kaum muslimin”
Abdul Wahab Khalaf menuliskan dalam kitab Ushul Fiqh nya, ” Ijma’ tidak akan terwujud dan terlaksana jika hanya memenuhi empat unsur Hanafi. Maliki, Syafi’i dan Hanbali. Dan itu berarti Ijma’ tidak dapat berlaku jika hanya ditetapkan oleh unsur ahlu sunnah saja dan meninggalkan Syi’ah, dengan sendirinya hal itu tidak dapat dikatakan sebagai ijma menurut hukum syara’. Sebab ijma’ tidak bisa terjadi melainkan berdasarkan kesepakatan secara umum dari seluruh mujtahid umat Islam di seluruh dunia pada waktu terjadinya suatu peristiwa. Termasuk didalamnya Mujtahid sunnah dan syi’ah”
Ustadz Ahmad ibrahim Beik (beliau adalah guru Syaltut dan Abu Zahra) berkata dalam kitabnya Ilmu Ushul al Fiqh wa Yalihi Tarikh at Tasri, ”Pemeluk Syi’ah imamiyah ialah orang Islam yang beriman kepada Allah para utusan-Nya, Al Qur’an dan segala hal yang telah dibawa oleh Rasulullah saw”
Ustadz ’Isham Al Atthar (beliau adalah pemimpin gerakan Ikhwanul Muslimin di Jerman), beliau adalah sahabat dekat Ayatullah Khomaini, beliau adalah tokoh Ikhwanul Muslimin yang memberikan sumbangan dalam membuka cakrawala dunia barat dan kaum muslimin akan urgensi Revolusi Islam Iran, untuk mendukung gerakan Revolusi Islam Iran tersebut beliau menerbitkan majalah yang diberi judul ”Al Ra’id”. Inilah salah satu bentuk kecintaan tokoh sunni kepada tokoh syiah.
Dr. Hasan at Thurabi adalah tokoh fenomenal dari Sudan, saat revolusi Iran berhasil menumbangkan Shah Reza Pahlevi, beliau datang ke Iran untuk bertemu dengan Imam Khomaini, dan menyatakan dukunganya terhadap gerakan Khomaini. Bersamaan dengan itu, Di negerinya ”Sudan” gerakan Organisasi Ikhwanul Muslimin dan para mahasiswa Islam Khurthum turun ke jalan mendukung Dr Hasan Thurabi yang memberikan dukungan kepada Imam Khomaini. Berkat beliau pula syiah menjadi dikenal di Sudan, dan menurut Ayatullah Ja’far Subhani, seorang hakim agung dari Sudan, menyatakan dirinya sebagai pengikut Ahlul Bait, setelah beliau membaca Nahjul Balaghah dari buku yang ia temukan tertinggal di di salah satu kursi di ruang tunggu kantornya, begitu kagumnya Ayatullah Ja’far subhani pada sang Hakim Agung sudan, saat mendengar Sang Hakim Agung Wafat dari media masa, beliau cium foto sang hakim agung tersebut.
Ustadz Rasyid Al Ghanusyi adalah tokoh Ikhwanul Muslimin dari Tunisia, yang dinegeri itu bernama Al Harakah al Uslamiyah, ketika revolusi Islam Iran sedang berlangsung, beliau menerbitkan media yang dinamai Al Ma’rifah untuk mendukung revolusi Iran, kepada masa Ikhwanul Muslimin beliau berpidato ”Dengan kemenangan revolusi Islam di Iran, Islam akan memberikan memiliki kekuatan baru”
Ustadz Muhammad Abdur Rahman, berasal dari Yordania, merupakan Wakil Pengawas Umum organisasi Ikhwanul Muslimin, beliau menyatakan bahwa Ikhwanul Muslimin Yordania memberikan dukukungan penuh kepada Revolusi Islam Iran, sementara itu tokoh Ikhwan lain Ibrahim Zaid al Kailani secara aktif melakukan kerja diplomasi untuk menuntut Raja Husein dari Yordania agar mengubah sikapnya terhadap Iran, meskipun ditolak.
Ustadz Yusuf Al Adham, jurnalis dan penyair ikhwanul Muslimin yang bekerja dibawah otoritas Dr Fathi Yakan di majalah Al Aman, beliau secara aktif menulis syair-syair untuk mendukung Imam Khomaini, dan berikut adalah salah satu syair beliau yang terkenal :
Khomaini merupakan pemimpin dan imam
Gigih tiada takut mati dalam menumpas kezaliman
Kami berikan tanda padangnya selempang dan bintang
Dari darah dan jiwa kami untukmu Imam
Kita berantas kesyirikan dan taklukan kezaliman
Agar cakrawala kembali bersinar dan aman
Ustadz Jabir Raziq, jurnalis Ikhwanul Muslimin dari majalah Al Da’wah, Al I’tisham dan Al Mukhtar, beliau adalah jurnalis ikhwan yang getol membongkar kejahatan Sadam, saat serangan Iraq kepada Iran dilakukan oleh tentara sadam, Raziq, secara khusus menulis jati diri Sadam, Raziq menyamakan Sadam dengan Micael Aflak arsitek pembentukan Jerusalem Baru.
Abu A’la Al Maududi, ulama besar dari Pakistan dari Partai Jama’ah Islamiyah – beliau menulis buku yang terkenal berjudul ”Khalifah dan Kerajaan” dan buku itu sempat dipolemikan oleh orang-orang wahabi- dalam satu kesempatan wawancara dengan Majalah milik Ikhwanul Muslimin Mesir ”Al Da’wah” , saat ditanya tentang Revolusi Iran dan Imam Khomaini beliau mengatakan ”Revolusi Imam Khomaini adalah Revolusi Islam, yang ditegakan oleh orang-orang Islam Iran, dari para pemuda-pemuda yang terdidik dan di didik oleh para ulama-ulama Islam, Oleh karena itu adalah keharusan dan wajib bagi mayoritas umat Islam serta organisasi-organisasi Islam memberikan dukungan sepenuhnya kepada Revolusi ini, sekaligus membantunya dalam segala bidang”
() satuislam.org/ syabab indonesia
0 komentar:
Posting Komentar