Presiden
Amerika Barack Obama pada tanggal 6 Februari 2015 mengungkap “strategi
mutakhir” untuk keamanan nasional. Dokumen strategi tersebut memuat
strategi tersebut dalam 29 halaman. Dokumen itu disampaikan pertama kali
kepada Kongres yang didominasi oleh orang-orang Partai Republik. Obama
dalam deklarasinya tentang strategi itu mengatakan, “Pertanyaannya bukan
apakah Amerika Serikat harus memimpin, tetapi bagaimana?” Ia menunjuk
bahwa tantangan-tantangan—termasuk radikalisme, agresi Rusia,
serangan-serangan elektronik dan perubahan iklim—lebih baik diatasi
dengan membangun koalisi internasional. Obama mengindikasikan bahwa
Amerika Serikat tidak mungkin berusaha “mendiktekan jalannya semua
kejadian di seluruh penjuru dunia”. Amerika juga tidak punya
sumber-sumber tak terbatas untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang
tidak mungkin hanya diselesaikan dengan kemampuan militer. Strategi
Amerika mutakhir itu bisa diringkas dalam empat poros berikut:
Poros pertama, Amerika memerankan diri sebagai pemimpin di dunia, disertai pentingnya mengikuti jalan “peringatan” dan menghimpun koalisi global untuk menghadapi beragam bahaya internasional terutama “kontraterorisme”. Obama menegaskan komitmennya untuk memimpin koalisi internasional untuk menghancurkan ISIS! Itu artinya secara praktis adalah mempertahankan Islam di bawah mikroskop dan di jantung pergolakan internasional.
Poros kedua, bekerjasama dengan para sekutu Eropa untuk membatasi dan mengucilkan Rusia. Itu berarti kembalinya “Perang Dingin” yang baru. Inilah yang ditegaskan oleh mantan pemimpin Uni Soviet Michael Gorbachev kepada Kantor Berita Interfax Rusia. Ia mengatakan, “Kami tidak mendengar kecuali pembicaraan tentang sanksi-sanksi Amerika dan Uni Eropa terhadap Rusia. Amerika tersesat di hutan dan menyeret kita di belakangnya. Amerika ingin menyeret kita ke Perang Dingin baru. Lalu ini akan membawa kita ke mana? Perang Dingin telah benar-benar dimulai dan apa setelahnya?”
Poros ketiga, pentingnya monitoring dan konversi lebih banyak sumber-sumber ekonomi, militer dan diplomasi terhadap Asia. Hal itu untuk “menyeimbangkan kembali” kepada Benua Asia untuk menghadapi kekuatan yang terus tumbuh milik Cina. Disebutkan bahwa strategi Amerika terhadap Cina selama beberapa dekade dengan menempatkan Cina dalam perahu yang sama, yakni Amerika menjadi nahkoda dalam perahu yang didorong oleh Cina. Itu artinya, Amerika mengontrol orientasi Cina sebagai kompensasi jaminan terhadap beberapa kepentingan Cina, di samping untuk mendorong negara-negara Asia Timur untuk menyaingi Cina sekaligus menyibukkan serta membatasi Cina dari harapan-harapannya.
Poros keempat, urgensi strategis booming sektor minyak di Amerika Serikat dan produksi gas alam. Obama mengisyaratkan pada konteks ini bahwa Amerika memiliki saham dalam masalah keamanan energi di dunia bersama dengan para sekutunya di Eropa dan wilayah lainnya. Strategi mutakhir tersebut bersandar pada “bertambahnya akses terhadap energi yang bisa diandalkan dan dengan harga terjangkau sebagai wasilah efektif untuk mendukung pembangunan sosial dan ekonomi serta membantu pembentukan pasar yang baru untuk teknologi modern Amerika dan investasi”. [Sumber: http://www.al-waie.org/issues/340/article.php?id=1471_0_111_0_C]
() syabab indonesia
Poros pertama, Amerika memerankan diri sebagai pemimpin di dunia, disertai pentingnya mengikuti jalan “peringatan” dan menghimpun koalisi global untuk menghadapi beragam bahaya internasional terutama “kontraterorisme”. Obama menegaskan komitmennya untuk memimpin koalisi internasional untuk menghancurkan ISIS! Itu artinya secara praktis adalah mempertahankan Islam di bawah mikroskop dan di jantung pergolakan internasional.
Poros kedua, bekerjasama dengan para sekutu Eropa untuk membatasi dan mengucilkan Rusia. Itu berarti kembalinya “Perang Dingin” yang baru. Inilah yang ditegaskan oleh mantan pemimpin Uni Soviet Michael Gorbachev kepada Kantor Berita Interfax Rusia. Ia mengatakan, “Kami tidak mendengar kecuali pembicaraan tentang sanksi-sanksi Amerika dan Uni Eropa terhadap Rusia. Amerika tersesat di hutan dan menyeret kita di belakangnya. Amerika ingin menyeret kita ke Perang Dingin baru. Lalu ini akan membawa kita ke mana? Perang Dingin telah benar-benar dimulai dan apa setelahnya?”
Poros ketiga, pentingnya monitoring dan konversi lebih banyak sumber-sumber ekonomi, militer dan diplomasi terhadap Asia. Hal itu untuk “menyeimbangkan kembali” kepada Benua Asia untuk menghadapi kekuatan yang terus tumbuh milik Cina. Disebutkan bahwa strategi Amerika terhadap Cina selama beberapa dekade dengan menempatkan Cina dalam perahu yang sama, yakni Amerika menjadi nahkoda dalam perahu yang didorong oleh Cina. Itu artinya, Amerika mengontrol orientasi Cina sebagai kompensasi jaminan terhadap beberapa kepentingan Cina, di samping untuk mendorong negara-negara Asia Timur untuk menyaingi Cina sekaligus menyibukkan serta membatasi Cina dari harapan-harapannya.
Poros keempat, urgensi strategis booming sektor minyak di Amerika Serikat dan produksi gas alam. Obama mengisyaratkan pada konteks ini bahwa Amerika memiliki saham dalam masalah keamanan energi di dunia bersama dengan para sekutunya di Eropa dan wilayah lainnya. Strategi mutakhir tersebut bersandar pada “bertambahnya akses terhadap energi yang bisa diandalkan dan dengan harga terjangkau sebagai wasilah efektif untuk mendukung pembangunan sosial dan ekonomi serta membantu pembentukan pasar yang baru untuk teknologi modern Amerika dan investasi”. [Sumber: http://www.al-waie.org/issues/340/article.php?id=1471_0_111_0_C]
() syabab indonesia
0 komentar:
Posting Komentar