728x90 AdSpace

  • Hot News

    Jumat, 20 Februari 2015

    Pluralism Effect


    Ilustrasi: Mahasiswa di ruang kelas

    Oleh: Siami, S.Pd(Muslimah HTI DPD II Tulungagung)



    Patah tumbuh hilang berganti, seolah tak pernah habis orang-orang yang bertingkah nyeleneh , kali ini giliran Rosnida Sari yang bertingkah, dosen IAIN Ar-Raniry Darussalam, Banda Aceh ini mengajak mahasiswanya pergi ke gereja di Banda Aceh, yangmana pendeta di gereja tersebut adalah temannya, Rosnida mengajak mahasiswanya ke gereja demi mempelajari relasi laki-laki dan perempuan di agama Kristen serta mewujudkan kesalingpahaman diantara mereka. Rosnida juga berharap mahasiswanya bisa bertanya langsung kepada pendeta berkaitan dengan agama Nasarani.(Metrotvnews 9/1)
    Ide Rosnida mengajak mahasiswanya belajar ke gereja dilatar belakangi pengalaman dosen pengampu mata kuliah Studi Gender dalam Islam ini ketika mendapatkan kesempatan kuliah di Universitas Flinders, Australia Selatan atas beasiswa dari pemerintah Banda Aceh, selama kuliah di Australia Rosnida sering pergi ke gereja sekaligus ikut dalam kegiatan gereja.
    Mengetahui tindakan Rosnida Sari memang membuat geram, bagaimana tidak, seorang dosen dari perguruan tinggi Islam, yang dia juga mengaku seorang muslim, megajak mahasiswanya untuk belajar ke gereja, dimana mayoritas masyarakat  muslim awam-pun mengetahui bahwa hal itu tidak seharusnya dilakukan. Namun, bukan sesuatu yang aneh jika kita memahami memang begitulah yang diinginkan kafir barat atas kaum muslimin, Islam hanya sekedar identitas, namun tingkah polah sesuai desain mereka, kaum muslimin sendiri yang memang sudah bermental inferior begitu mudah menerima produk yang ditawarkan barat, karena takut dianggap tidak toleran, untuk menjaga kerukunan antar umat beragama, kaum muslimin terjebak dalam konsep pemikiran barat, terinfeksi virus pluralisme yang ditebar di negeri-negeri kaum muslim, kaum muslim digiring untuk menerima bahwa semua agama baik, semua agama benar, menganggap bukan masalah jika mereka datang ke tempat ibadah agama lain, sampai  ikut dalam kegiatan dan merayakan hari besar agama lain.
    Barat merancukan makna pluralitas dan pluralisme, dimana mereka menyamakan pluralisme dengan pluralitas, padahal maknanya sungguh berbeda, dimana pluralitas merupakan keragaman yang memang mutlak terjadi, karena memang sunatullah telah menentukan demikian, beragam suku, warna kulit, bahasa, dll. Sedangkan pluralisme merupakan paham yang menganggap semua  hal sama, tidak terkecuali tentang konsep beragama, menganggap semua agama sama benarnya. Sehingga dianggap sah dan biasa jika antar umat beragama saling mengujungi tempat ibadah, saling merayakan hari besar agama lain, paham seperti ini tak henti disuntikkan ke tubuh kaum muslimin.
                Untuk memuluskan misinya, seperti biasa, barat melakukan dengan sistematis, mereka menghancurkan Islam dengan menggunakan tangan-tangan anak kaum muslimin sendiri, sekolah-sekolah dan perguruan tinggi Islam boleh bertebaran dimana-mana, namun generasi muslim yang lebih bangga dengan ide diluar Islam tidak kalah dengan jamur dimusim hujan. Perguruan tinggi Islam lebih memilih mengirim dosen atau mahasiswanya belajar ke negeri kafir seperti Australia, dan disaat mereka kembali ke negerinya banyak yang malah menjadi pengemban misi barat, seperti Rosnida Sari. Seolah lupa bahwa kaum muslim dan negeri muslim memiliki Islam yang kegemilangannya tak pernah terhapus zaman.
    Islam adalah agama sempurna dari dzat Yang Maha Sempurna, Islam mewajibkan umat ini untuk belajar sekaligus mengatur bagaimana umat ini seharusnya belajar. Pendidikan dalam Islam bertujuan membentuk kepribadian Islam, generasi yang memiliki pola pikir dan pola sikap sesuai dengan  Islam, untuk itu semua jenjang pendidikan didesain untuk mewujudkan tujuan ini. Hal-hal yang terkait dengan tsaqafah diluar Islam diajarkan pada tingkat perguruan tinggi seperti halnya pengetahuan, namun tetap tidak boleh keluar dari tujuan pendidikan, tetap menjadikan Islam sebagai filter bukan justru larut dalam tsaqafah yang dipelajari.
    Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah, Yang Maha Pencipta, Allah yang telah menciptakan keragaman suku, bangsa, bahasa dan warna kulit di dunia ini. Islam juga menghargai keragaman agama yang ada, sebagaiman telah tertulis dalam sejarah, bagaimana umat Islam hidup berdampingan dengan mereka yang Nasarani ataupun Yahudi dibawah kebesaran panji Laa Ilaaha Illallah, tanpa harus ikut dalam ritual agama mereka, atau mendatangi tempat ibadah mereka, karena sesungguhnya agama disisi Allah hanyalah Islam, bagimu agamamu dan bagiku agamaku. Hal yang sebaliknya terjadi saat ini, dimana nilai Islam justru hiang dibawah nilai paham barat, karena penjaga agama ini tidak ada, yaitu negara yang tegak dibawah panji tauhid, Khilafah Rasyidah yang menyatukan  seluruh umat tanpa bayang-bayang pluralisme milik barat. Wallahua’lam.....
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Posting Komentar

    Item Reviewed: Pluralism Effect Rating: 5 Reviewed By: Unknown
    Scroll to Top