Amnesty International : Tentara AS Bunuh Ribuan Warga Tak Berdosa
Kabul – Keluarga ribuan warga yang dibunuh pasukan Amerika Serikat di Afghanistan ditinggalkan tanpa keadilan atau imbalan, kata Amnesty International pada Senin (11/8) dalam dakwaan berat atas tentara negara itu yang ditarik pulang. Amnesty menyatakan mendapat bukti atas cacat berat tata peradilan tentara Amerika Serikat, yang mengukuhkan budaya pembiaran dalam menangani kematian dan cedera warga Afghanistan akibat gerakan sekutu NATO pimpinan Amerika Serikat sejak 2001.
Presiden Hamid Karzai sering mengecam pasukan Amerika Serikat atas korban di kalangan warga dan menyambut laporan Amnesty itu, meskipun memicu tanggapan keras dari Amerika Serikat dan Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF) NATO. Peneliti Amnesty mewawancarai 125 warga Afghanistan, yang memiliki keterangan tangan pertama atas 16 serangan terpisah, yang mengakibatkan korban di kalangan rakyat, selain menyusun data dari 97 kejadian terlaporkan dalam tujuh tahun belakangan.
Juru bicara Amnesty menyatakan, data ribuan warga dibunuh pasukan Amerika Serikat itu berdasarkan atas laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai korban pada rakyat, penyelidikan majalah Science pada 2011, dan sumber lain, tapi tidak menyebut jumlah kematian keseluruhan. ”Tata peradilan tentara Amerika Serikat hampir selalu gagal membuat tentaranya bertanggung jawab atas pembunuhan di luar hukum dan pelanggaran lain. Tak satu pun dari perkara yang kami lihat melibatkan kematian lebih dari 140 warga dituntut ke tentara Amerika Serikat. Bukti dugaan kejahatan perang dan pembunuhan di luar hukum tampak diabaikan,” kata Richard Bennett, Direktur Amnesty International.
Laporan Amnesty itu, berjudul “Ditinggalkan dalam Gelap”, memerinci pengeboman Amerika Serikat pada 2012 ketika perempuan mengumpulkan kayu bakar di pegunungan Provinsi Laghman. Tujuh perempuan dan gadis tewas serta tujuh lagi luka-luka.
Ghulam Noor, yang kehilangan putri 16 tahunnya, Bibi Halimi, akibat serangan itu, membawa mayat tersebut ke pusat kabupaten setelah mendengar pasukan NATO menyatakan yang tewas hanya gerilyawan. ”Kami harus menunjukkan kepada mereka bahwa itu perempuan,” kata Noor kepada Amnesty, “saya tidak punya kekuatan untuk menanyai pasukan Sekutu mengapa mereka melakukan ini. Saya tidak dapat membawa mereka ke pengadilan,” katanya.
Amnesty menyatakan, penduduk desa mengadu kepada gubernur, tapi pasukan asing kebal dari hukum Afghanistan dan tidak ada yang pernah menghubungi anggota keluarga untuk menyelidiki serangan tersebut. ”Saya sangat senang Anda memperhatikan sesuatu yang menjadi titik utama ketidaksepakatan Afghanistan dengan Amerika Serikat. Saya percaya korban di kalangan rakyat seharusnya tidak terjadi. Bersama Anda, kita harus menghentikannya,” kata Karzai kepada perwakilan Amnesty, yang diundang ke istana presiden pada Ahad (10/8).
Departemen Pertahanan Amerika Serikat menyatakan pasukannya “bertindak luar biasa untuk menghindari korban pada rakyat” dan penyelidikan serta penuntutan dilakukan ketika kejadian mungkin melanggar hukum. ISAF menggarisbawahi bahwa PBB mencatat hanya 1% dari seluruh korban di kalangan rakyat Afghanistan jatuh akibat pasukan asing, sementara pihalk pemberontak bertanggung jawab atas 90%.
Pada pekan lalu, pejabat Afghanistan menyatakan serangan udara Amerika Serikat menewaskan empat warga di provinsi barat, Herat, dalam serangan balas dendam tak terarah setelah roket ditembakkan ke pangkalan udara.
Amnesty menyatakan laporannya terpusat pada Amerika Serikat daripada anggota lain NATO, karena Amerika Serikat adalah kekuatan negara terbesar dan terlibat di sebagian besar korban di kalangan rakyat. ”Amnesty International mengetahui hanya enam perkara selama lima tahun belakangan, tempat tentara diadili akibat melawan hukum dengan membunuh warga Afghanistan,” katanya.
Dalam kebanyakan pembunuhan tersorot, Sersan Robert Bales dijatuhi hukuman penjara seumur hidup setelah menembak mati 16 warga desa pada 2012.
Jumlah tentara asing pimpinan Amerika Serikat di Afghanistan turun dari puncaknya 150.000 pada 2012 menjadi hanya 44.300 saat ini, 30.700 di antaranya dari Amerika Serikat. Semua prajurit tempur NATO ditarik pada akhir tahun ini, meskipun sekitar 10.000 tentara direncanakan tinggal untuk mendukung jika presiden mendatang menandatangani kesepakatan keamanan dengan Amerika Serikat dan NATO. Kesepakatan dengan Amerika Serikat akan terus memberikan yang disebut “kekebalan” untuk tentara negara Obama itu, yang akan diadili di bawah tata hukum mereka.(A1).() muslimdaily.net
() syabab indonesia
0 komentar:
Posting Komentar