Sikap tidak ikut tersebut karena pemilih mula dan muda tersebut menganggap partai politik tidak mampu menjawab permasalahan Indonesia. Seperti bidang ekonomi sebanyak 24,46 persen responden menilai partai politik tidak memperlihatkan usaha-usahananya untuk perbaikan ekonomi, bidang politik 43,62 persen, penegakan hukum sebanyak 47,43 persen.
Kemudian sebanyak 45,72 persen responden menilai partai politik tidak mampu menjawab permasalahan sosial, keamanan nasional sebesar 50,53 persen, pendidikan sebesar 47,37 persen, teknologi 54,55 persen, dan kebudayaan sebesar 46 persen.
Ketua Program Studi Manajemen Faculty of Business Universitas Siswa Bangsa Internasional, Dr. Muhammad Gunawan Alif selaku pemimpin penelitian, mengatakan tidak ada yang bisa dilakukan partai politik untuk meningkatkan peran serta pemilih mula dan muda tersebut.
Menurut Muhammad, faktor keluarga, lingkungan, dan guru yang bisa meningkatkan peran pemilih mula dan muda tersebut.
"Yang bisa membantu adalah dukungan dari keluarga mereka khususnya orang tua. Mendorong anak-anak mereka. Ada penelitian bahwa partisipasi orang yang kawin dan orang bujangan, ternyata orang yang kawin lebih banyak memilih. Karena kalau pun dia nggak mau memilih, dia memberi informasi," ujar Muhammad saat memberikan keterangan pers di Auditorium USBI, Jakarta, Jumat (4/3/2014).
Kedua adalah faktor lingkungan. Menurut dia, rasa sungkan terhadap sesama di RT bisa membantu untuk meningkatkan kemauan pemilih pergi ke Tempat Pemungutan Suara (TPS).
Survei tersebut dilaksanakan pada 10 Februari- 12 Maret 2014 dengan 1.039 responden dengan usia 17-25 tahun dengan metode purposive sampling method. Survei ini memiliki tingkat kepercayaan 95 persen dan margin error kurang lebih 3 persen.() tribunnews.com/ syabab indonesia
0 komentar:
Posting Komentar