BANGKOK - Pasukan keamanan Myanmar dilaporkan melepaskan tembakan ke arah Muslim Rohingya. Mereka juga memperkosa perempuan Rohingya, di saat konflik terjadi di wilayah Rakhine, bulan lalu.
Laporan ini dikeluarkan oleh lembaga pemerhati HAM internasional, Human Right Watch (HRW), yang menilai pasukan Myanmar membiarkan aksi kekerasan berlangsung di saat kerusuhan antara Muslim Rohingya dan etnis Rakhine berlangsung.
"Pihak berwenang gagal melindungi baik Rohingya dan etnis Rakhine. Kemudian mereka melakukan aksi kekerasan sendiri terhadap warga Rohingya," laporan Human Rights Watch, dalam website mereka, Rabu (1/8/2012).
Kerusuhan yang pecah pada Juni lalu di Rakhine, menyebabkan sekira 78 orang tewas. Insiden ini juga menyebabkan puluhan ribu warga menyelamatkan diri, karena rumah mereka terbakar.
"Bila saja tindakan kekerasan terjadi sebelum Pemerintah Myanmar melakukan reformasi, dunia internasional mungkin akan mengeluarkan reaksi yang keras. Tetapi dunia internasional saat ini sepertinya menutup mata mereka, terkait perubahan yang tengah terjadi di Myanmar. Ini tidal terlepas dari banyak perjanjian ekonomi dan penarikan sanksi di saat kekerasan masih terjadi," ujar Deputi Direktur HRW Asian Phil Robertson.
Laporan yang berdasarkan kesaksian banyak warga, menunjukkan kejadian yang terjadi di Rakhine didukung oleh negara serta sikap diskriminatif dari pemerintah yang terus berlansung hingga saat ini. "Polisi dan militer Myanmar melepaskan tembakan dengan peluru organik," lanjut laporan tersebut.
Beberapa warga yang turut menjadi korban, menceritakan pasukan Myanmar yang melepas tembakan ke arah mereka. Pihak militer juga memukuli Muslim Rohingya dengan tongkat.
Diskriminasi yang berlangsung sejak puluhan tahun, telah mengakibatkan warga Muslim Rohingya tidak memiliki kewarganegaraan. Mereka dianggap sebagai imigran ilegal oleh Pemerintah Myanmar.() okezone.com
Laporan ini dikeluarkan oleh lembaga pemerhati HAM internasional, Human Right Watch (HRW), yang menilai pasukan Myanmar membiarkan aksi kekerasan berlangsung di saat kerusuhan antara Muslim Rohingya dan etnis Rakhine berlangsung.
"Pihak berwenang gagal melindungi baik Rohingya dan etnis Rakhine. Kemudian mereka melakukan aksi kekerasan sendiri terhadap warga Rohingya," laporan Human Rights Watch, dalam website mereka, Rabu (1/8/2012).
Kerusuhan yang pecah pada Juni lalu di Rakhine, menyebabkan sekira 78 orang tewas. Insiden ini juga menyebabkan puluhan ribu warga menyelamatkan diri, karena rumah mereka terbakar.
"Bila saja tindakan kekerasan terjadi sebelum Pemerintah Myanmar melakukan reformasi, dunia internasional mungkin akan mengeluarkan reaksi yang keras. Tetapi dunia internasional saat ini sepertinya menutup mata mereka, terkait perubahan yang tengah terjadi di Myanmar. Ini tidal terlepas dari banyak perjanjian ekonomi dan penarikan sanksi di saat kekerasan masih terjadi," ujar Deputi Direktur HRW Asian Phil Robertson.
Laporan yang berdasarkan kesaksian banyak warga, menunjukkan kejadian yang terjadi di Rakhine didukung oleh negara serta sikap diskriminatif dari pemerintah yang terus berlansung hingga saat ini. "Polisi dan militer Myanmar melepaskan tembakan dengan peluru organik," lanjut laporan tersebut.
Beberapa warga yang turut menjadi korban, menceritakan pasukan Myanmar yang melepas tembakan ke arah mereka. Pihak militer juga memukuli Muslim Rohingya dengan tongkat.
Diskriminasi yang berlangsung sejak puluhan tahun, telah mengakibatkan warga Muslim Rohingya tidak memiliki kewarganegaraan. Mereka dianggap sebagai imigran ilegal oleh Pemerintah Myanmar.() okezone.com
0 komentar:
Posting Komentar