Ulama akhirat adalah ulama shalihun yang mengamalkan ilmunya. Mereka
adalah lentera dunia, pewaris Nabi saw dan pewaris nabi-nabi sebelumnya,
penerus (khalifah) para nabi, kepercayaan umat dan kepercayaan Allah
swt atas makhluknya. Mengenai mereka, Rasulullah saw bersabda:
اَلْعُلَمَاءُ مَصَابِيْحُ الْأَرْضِ وَخُلَفَاءُ الْأَنْبِيَاءِ وَوَرَثَتِي وَوَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ .
“Ulama adalah lentera dunia, penerus (khalifah) para nabi, pewarisku
dan pewaris para nabi”. HR Ibnu Ady pada kitab al-Kaamil dari Aly ra. Pada hadits ini para khalifah termasuk ulama akhirat. Dan sabdanya:
اَلْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ تُحِبُّهُمْ أَهْلُ السَّمَاءِ
وَتَسْتَغْفِرُ لَهُمُ الْحِيْتَانُ فِى الْبَحْرِ إِذَا مَاتُوْا إِلَى
يَوْمِ الْقِيَامَةِ . “Ulama adalah pewaris para nabi, mereka
dicintai penduduk langit, dan ketika mereka mati dimintakan ampulan oleh
ikan-ikan di laut sampai hari kiamat”. HR Ibnu al-Najjar dari Anas ra.
Dan sabdanya:
اَلْعُلَمَاءُ أُمَنَاءُ اللهِ عَلَى خَلْقِهِ . “Ulama adalah kepercayaan Allah swt atas makhluk-Nya”. HR al-Qadlabi dan Ibnu Asakir dari Anas ra. Dan sabdanya:
اَلْعُلَمَاءُ أُمَنَاءُ أُمَّتِي . “Ulama adalah kepercayaan umatku”. HR al-Daylami dalam kitab Musnad al-Firdaus.
Ulama akhirat itu terbagi menjadi tiga bagian:
Pertama; al-Muhaddits (pakar hadits), yaitu orang yang mengerti
kondisi perawi hadits kuat atau lemahnya, hadits yang diriwayatkan
shahih atau tidaknya, dan lain-lain, dari perkara yang berhubungan
dengan ilmu hadits.
Kedua: al-Mufassir (pakar tafsir), yaitu
orang yang mengerti makna setiap ayat dan tujuan ayat dari hukum-hukum
syariat dan lain-lain, dari perkara yang berhubungan dengan ilmu tafsir.
Ketiga; al-Faqiih (pakar fikih), yaitu orang yang mengerti hukum-hukum
syariat dari nash dan istinbathnya. Sedang yang dikehendaki disini
adalah orang yang menghasilkan sebagian fikih untuk memahami fikih yang
lainnya. Dan tidak termasuk ulama adalah pakar nahwu dan sharof,
pakar bahasa dan teologi (ilmu kalam), tetapi mereka hanyalah aalimuun,
yaitu orang-orang yang mengerti ilmu nahwu, sharof, bahasa dan teologi.
(lihat kitab Fathul Mu’in, bab washiat kepada ulama).
Ulama akhirat adalah para pengemban dakwah.
Dakwah sendiri ialah usaha dengan mencurahkan segenap kemampuan untuk
menyebarkan agama Islam, baik akidah, syariat atau akhlak. Dan ulama
akhirat adalah para pengemban dakwah, karena Islam tidak akan pernah
sampai kepada kita tanpa adanya dakwah dari para ulama. Jadi ulama
akhirat itu berdakwah kepada akidah Islam, syariat Islam dan akhlak
Islam. Kesimpulan ini dapat dipahami dari sejumlah fakta berikut:
Pertama: Ulama adalah pewarits (penerus) para nabi as. Sedang para
nabi itu tidak mewariskan harta benda, tetapi hanya mewariskan ilmu
agama. Sedang dakwah itu hanya bisa dilakukan dengan ilmu, maka ulama
adalah pengemban dakwah.
Kedua: Ulama adalah hujah Allah di
atas bumi-Nya atas makhluk-Nya. Sedangkan hujah itu tidak dapat tegak
kecuali melalui lisan yang menyeru dengan fikih, ilmu dan kemampuan.
Dengan demikian, ulama itu lebih layak untuk berdakwah daripada manusia
yang lain.
Ketiga: Ulama adalah ahlul halli wal aqdi diantara
umat, dan mereka adalah ulil amri yang wajib ditaati. Dalam hal ini
Allah swt berfirman:
{ أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ } “Taatlah kamu kepada Allah, taatlah kamu kepada al-Rasul dan ulil amri diantara kamu”. QS an-Nisa ayat 59.
Imam Mujahid berkata: “Ulil amri adalah ulama dan fuqaha”. Jadi ketika
ulama adalah ulil amri, maka wilayah dakwah mereka tentu lebih utama.
Keempat: Ulama adalah kepercayaan Allah dan umat, untuk mengatur
kemaslahatan besar umat; agamanya, dunianya dan keamanannya. Maka tentu
lebih utama ketika ulama adalah kepercayaan Allah dan umat dalam
berdakwah dan urusan dakwah.
Kelima: Ulama adalah ahlu syuro
dimana umat mengembalikan semua urusannya dan kemaslahatannya kepada
mereka. Ketika ulama dijadikan rujukan musyawarah terkait semua
kemaslahatan agama dan dunia umat, maka ketika mereka menjadi ahlu syuro
dalam berdakwah dan kepemimpinan dakwah, tentu lebih utama.
Keenam: Ulama adalah para pemimpin (imam) agama. Sedangkan kepemimpinan
dalam agama adalah keutamaan besar, kemuliaan dan kedudukan yang
tinggi. Dalam hal ini Allah swt berfirman:
{ وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ }
“Dan kami jadikan diantara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi
petunjuk dengan perintah kami ketika mereka sabar, dan adalah mereka
meyakini ayat-ayat Kami”. QS al-Sajadah[32]: 24.
Sedangkan
kepemimpinan dalam agama itu meniscayakan kepemimpinan dalam dakwah,
karena tidaklah ada agama kecuali dengan dakwah, dan tidaklah ada dakwah
keculai dengan agama.
Ketujuh: Ulama adalah ahlu dzikir, sedang dzikir itu harus dengan ilmu dan dakwah. Dalam hal ini Allah swt berfirman: { فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ }
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu
tidak mengetahui”. QS al-Nahel[16]: 43. Maka atas dasar ini, ulama
adalah pengemban dakwah.
Kedelapan: Ulama adalah orang-orang utama diantara manusia. Dalam hal ini Allah swt berfirman: { يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ... }
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kalian dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…”. QS
al-Mujaadilah[58]: 11. Sedangkan seutama-utamanya manusia adalah
pengemban dakwah.
Kesembilan; Ulama adalah sebaik-baik manusia dan yang paling takut kepada Allah. Dalam hal ini Allah swt berfirman: { إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ... }
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya hanyalah
ulama”. QS Fathir[35]: 28. Ketika kondisi ulama seperti itu, maka
mereka sangat layak menjadi pengemban dakwah, dan sangat layak menjadi
pemimpin dan motifator dalam dakwah.
Kesepuluh; Ulama adalah
saksi Allah dimana Allah telah menyaksikan keesaan-Nya kepada mereka,
dan telah menggandengkan kesaksian mereka dengan kesaksian-Nya dan
kesaksian malaikat-Nya. Dalam hal ini Allah swt berfirman:
{
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو
الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ، لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيْزُ
الْحَكِيْمُ }. “Allah bersaksi bahwasannya tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan, para malaikat
dan orang-orang yang berilmu (juga menyaksikan yang demikian itu). Tidak
ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana”. QS Ali Imron[3]: 18.
Jadi orang-orang yang
kondisinya seperti itu, mereka adalah orang-orang yang terpercaya untuk
mengemban dakwah, dan sangat utama menjadi pemimpin dan memotifator
dalam dakwah. Wallohu a'lam.
0 komentar:
Posting Komentar