
Hingga kini Polri masih belum bisa mengungkap pelaku, apalagi motif penembakan yang menyasar polisi. Tapi Indonesia Police Watch (IPW) meyakini, pelaku penembakan yang menewaskan anggota Provost Dit Polair Mabes Polri Bripka Sukardi, bukan dilakukan teroris.
"Di Ibu kota ini, memang sikap masyarakat sekarang cenderung nekat dan radikal. Makanya kami dari IPW tidak setuju, kalau penembakan di Jakarta dilakukan kelompok teroris. Apalagi kejadian di depan KPK," ungkap Ketua Presidium IPW Neta S. Pane, di Mapolda Jabar, Bandung, Rabu (18/9).
Dia menjelaskan, saat kejadian Bripka Sukardi ditembak saat mengendarai motor Honda Supra B 6671 TXL ketika mengawal iring-iringan 6 tronton. Di situ ia menduga penembakan dilakukan lantaran persaingan bisnis pengawalan.
Dalam bisnis pengawalan ini, lanjut dia, ada tiga yang biasa melakukan yakni oknum TNI, oknum polisi dan preman. "Jadi korban itu bekerja saat mengawalkan," tuturnya. Untuk menelusuri lebih jauh, polisi harus mendalami siapa pengganti Sukardi untuk mengawal tronton selanjutnya.
"Siapa yang digantikan. Polisi harus membongkar," tandasnya.
Dia pun mendesak Polri melibatkan TNI dan BIN untuk mengungkap kasus yang terus berlanjut. Asalkan peranannya tidak tumpang tindih.
"Yang kita khawatirkan di sini, adalah jangan-jangan polisi sudah tahu siapa pelaku penembakan, tapi tak berani mengungkapkan karena melibatkan pihak-pihak tertentu. Contohnya kasus Cebongan yang terbukti pelakunya Kopassus," katanya.()
0 komentar:
Posting Komentar